SKK Migas atau Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi akan genjot produksi gas alam skala nasional dampak dari harga minyak dunia yang tinggi. Hal tersebut telah dibahas dan mennjadi fokus pelaksanaan kegiatan SKK Migas.
Diungkapkan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, karena dampak perang rusia ukraina mengganggu suplai, harga minyak dunia turut naik. Untuk itu dibuka CEO forum untuk menyikapi dinamika perkembangan Industri Migas terkini pada hari Rabu (16/03/2022).
“Terlebih dengan kondisi geopolitik antara Ukraina dan Rusia yang juga mengganggu transportasi suplai, sehingga harga minyak dunia sampai di angka US$125 per barrel, harga tersebut adalah harga tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun hari ini sudah kembali dibawah US$100 per barel. Harga akan terus berfluktuasi, namun pada tingkat yang tinggi,” kata Dwi di event CEO Forum 2022.
Trend peningkatan harga minyak diperkirakan akan sampai pada tahun 2025. Selain faktor diatas yang menjadi faktor penting adalah dampak pandemi covid-19 yang turut menyumbang harga minyak menjadi selangit.
Pada kesempatan forum tersebut, Arifin Tasrif selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan bahwa peran gas bumi menjadi sangat krusial dalam masa transisi dan harus bisa dioptimalkan kembali.
Pemerintah menetapkan target lifting di tahun 2022 untuk lifting gas 5.800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak sebesar 703.000 barel minyak per hari (BOPD).
“Untuk mencapai target, tidak bisa dengan cara-cara yang biasa saja. Kita harus melakukan upaya ekstra untuk melakukan eksplorasi yang masif, meningkatkan investasi dan menerapkan teknologi” tegas Arifin.
Meskipun demikian, menurut Arifin, meningkatnya harga minyak dunia tidak serta merta meningkatkan investasi hulu migas, dikarenakan secara bersamaan ada peningkatan investasi di EBT atau sektor energi baru terbarukan.