Perjalanan China menjadi produsen baja terkemuka dunia dalam mengurangi produksi menjadi peluang bagi perusahaan domestik untuk berkembang. Produksi baja mentah China turun 31,9 juta ton tahun lalu menjadi 1.032,8 juta ton, penurunan pertama dalam enam tahun, menurut catatan baja dunia. Ini mengikuti target Net Zero Carbon China pada tahun 2060.
Kementerian Keuangan China telah mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor mulai 1 Mei 2021 dengan menghapus insentif pengembalian pajak untuk hampir semua produk baja guna semakin menekan produksi dalam negeri. Bobby Gafur Umar Wakil Ketua Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menekankan peluang ini bagi industri dalam negeri.
Selain itu, arus produk baja impor di pasar domestik didominasi oleh komoditas dari China. “Ini peluang untuk masuk ke pasar impor yang dominan untuk barang-barang China,” kata Bobby dalam webinar Kamis (2 Maret 2022). Selain memperluas pasar domestik, pasar ekspor juga memberikan peluang besar bagi pelaku industri untuk meningkatkan utilitas kapasitas produksinya. Dia mengatakan ekspor baja ke Kanada senilai $4,7 juta bulan lalu merupakan awal yang baik untuk mendongkrak kinerja ekspor tahun ini.
“Ini karena sebagian besar produk baja impor yang masuk ke pasar domestik berasal dari China yang memiliki kapasitas produksi di atas 1 miliar ton, yang merupakan setengah dari kapasitas produksi baja dunia,” jelasnya. Produksi baja mentah di Indonesia turun 2,5% tahun lalu dari 12,9 juta ton pada 2020 menjadi 12,5 juta ton.
Sementara itu, Melati memprediksi konsumsi baja nasional tahun ini meningkat 6% menjadi 17 juta ton. Selain pertumbuhan konsumsi, Melati menargetkan produksi tahun ini mencapai 17 juta ton atau memenuhi seluruh kebutuhan baja dalam negeri. “Saya sangat berharap kebutuhan produk yang bisa diproduksi di dalam negeri harus dipenuhi oleh pembuat baja dalam negeri,” ujarnya.